Jumat, 27 Juli 2018

SBY Sulit Merapat ke Jokowi, Karena Megawati ?


LIPUTAN BERITA - Usai konferensi pers bersama Zulkifli Hasan, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY meminta awak media untuk tetap berada di tempat. Ada hal penting yang akan diutarakan Ketua Umum Partai Demokrat itu terkait sikapnya dalam Pilpres 2019 mendatang.

Dalam keterangan yang disampaikan di kediamannya, SBY mengungkapkan bahwa partainya sangat berat bergabung dengan koalisi Jokowi. Ada sejumlah faktor yang menyumbat langkahnya masuk dalam koalisi.

SBY menyebut hambatan itu datang dari koalisi Jokowi. Selain itu, juga hubungannya yang tak harmonis dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Realitas hubungan Ibu Mega dengan saya belum pulih, jadi masih ada jarak, masih ada hambatan," ucapSBY di Mega Kuningan, Jakarta, Rabu malam (25/7/2018).

Keluhan SBY itu tak ditanggapi serius oleh PDIP. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut SBY memang kerap mengeluhkan hal tersebut. Dalam jejak digital, Presiden ke-6 RI itu acap beberapa kali melontarkan masalah komunikasi dengan sang ketua umumnya.

"Silakan lihat dalam jejak digital maupun media cetak, bahwa menjelang pemilu pasti Pak SBY selalu menyampaikan keluhannya tentang Ibu Megawati," ujar Hasto kepada LiputanBerita88.blogspot.com, Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Bahkan Hasto menyebut perilaku SBY itu sebagai keluhan musiman. Padahal, kata dia, selama ini Megawati baik-baik saja. Megawati memilih diam karena meyakini pada akhirnya kebenaranlah yang akan menang.

Terlebih bila merunut ke belakang, manuver SBY itu mengingatkan Hasto pada saat pemilihan presiden 2004 silam. Ia mengatakan, saat itu SBY juga memposisikan diri sebagai korban.

"Saat itu Pak SBY menyatakan diri sebagai orang yang dizalimi. Secara psikologis, seharusnya yang menzalimi itu kan yang merasa bersalah, tetapi kenapa ya Pak SBY justru tampak sebagai pihak yang merasa bersalah dan selalu menuduhkan hal yang kurang pas tentang Ibu Mega?" jelasnya.

Sementara itu, Wasekjen PDIP Eriko Sutarduga saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, menyebut unek-unek SBY terhadap Megawati sebagai alasan klasik.

"Selalu menjadikan pihak lain. Tidak pernah ada Ibu Mega menolak untuk bergabung Partai Demokrat, tidak pernah, bahkan tidak pernah mencampuri untuk urusan koalisi ini," ungkap Eriko kepada LiputanBerita88.blogspot.com, Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Selama ini PDIP tidak pernah menutup pintu rapat-rapat kepada Partai Demokrat untuk masuk koalisi. Menurut Eriko, sang Ketua Umum pun tidak pernah mencampuri permasalahan ini. Megawati selalu menempatkan diri sesuai kapasitasnya.

Tapi tak dipungkiri, Jokowi sebagai petugas partai harus tetap berkonsultasi kepada Megawati. Ketika dimintakan pendapat, Megawati juga tak segan-segan menyampaikan saran ataupun wejangannya.

"Bagaimana pun juga kan Pak Jokowi datang dari PDIP. Ini kan hal yang wajar. Tapi kalau tidak diminta, tidak ada beliau menyampaikan bahwa ini harus dipatuhi ini tidak. Tidak ada sama sekali," tutur dia.

PDIP mengajak semua kontestan Pemilu agar menggunakan cara yang baik dalam mengambil hati rakyat. Partai politik, lanjut Eriko, diharapkan bisa menghadirkan kandidat unggulan agar dapat mendulang suara pemilih.

"Bukan berarti misalnya kita memberikan seolah-olah kami ini dalam kondisi yang misalnya patut dikasihani. Kan sebenarnya tidak ada hal-hal seperti itu," tandas Eriko.


0 komentar:

Posting Komentar