Rabu, 24 Januari 2018

Jelang Pemilu 2019, Parpol Akan Bonceng Elektabilitas Jokowi


LIPUTAN BERITA - Direktur Eksekutif di Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai elektabilitas Presiden Joko Widodo sampai kini belum ada yang bisa menandingi.

Menurut Djayadi, fenomena coattail effect amat mungkin terjadi pada Presiden Jokowi dalam Pilpres 2019 nanti. Coattail effect merupakan kecenderungan pada salah satu kandidat populer dalam sebuah pemilihan menarik atau memberikan suara pula ke partainya.

Bisa dikatakan ini merupakan efek dongkrak elektabilitas partai pada calon dengan elektabilitas yang sangat tinggi.

"Data sementara menunjukan iya. Efek itu bisa positif," ujar Djayadi ditemui di Megawati Institut, Jakarta Pusat, Rabu, 24 Januari 2018.

Menurutnya, selama tingkat popularitas Jokowi tinggi, maka tingkat kepuasan masyarakat terhadapnya pun tetap tinggi. Ia memprediksi, hal itu bisa berimbas ke partai pendukungnya.

"Maka itu akan berpengaruh positif kepada elektabilitas PDIP," tuturnya.

Bahkan menurutnya, pengaruh positif tak cuma akan dirasakan oleh PDI Perjuangan, jika coattail effect itu terjadi. Tapi akan berpengaruh positif juga kepada partai-partai lain yang mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang.

Walaupun demikian, Djayadi menuturkan, berdasarkan hasil penelitian di sejumlah negara, yang akan memperoleh efek positif paling banyak dari efek tersebut yaitu partai yang paling dianggap bisa merepresentasikan dirinya dengan kandidat populer tersebut, yakni PDI Perjuangan.

Usaha serta kemampuan partai pengusung untuk saling mengasosiasikan dirinya dengan Presiden disebutkan Djayadi akan jadi kuncinya.

"Misalnya Golkar, seberapa keras usaha melekatkan dirinya dengan Jokowi. Kemudian Nasdem, dan lainnya," tandas dia.

Bukan tak mungkin, menurut Djayadi, nantinya akan muncul pertarungan untuk unjuk kedekatan, partai mana yang paling dekat dengan Presiden Jokowi.

Djayadi menerangkan, hal ini bisa menimbulkan kontestasi untuk menyatakan kalau partai mereka lah yang paling dekat dengan calon presiden yang populer.

"Misalnya Nasdem, Jokowi presidenku, nasdem partaiku," kata dia.

Tapi mesikupun demikian, jika elektabilitas Presiden Jokowi menurun, dan tak dianggap populer seperti saat ini bukan tak mungkin efek yang ditimbulkan ke partai pengusungnya justru negatif.

Djayadi sendiri melihat, pemilih Presiden Jokowi nantinya akan lebih berdasarkan dari evaluasi mereka terhadap kinerja Presiden Jokowi sendiri.

"Bukan dari isu lainnya. Jika, performa Presiden Jokowi hingga akhir 2018 ini tetap dianggap baik oleh masyarakat," tutup Djayadi.


0 komentar:

Posting Komentar